Kamis, 13 Mei 2010

kisah negriku

sebuah kisah lama
tentang negri yang indah
subur kekayaan alamnya
makmur sejahtera rakyatnya
aman sentosa dan bahagia

kini keadaan sungguh berbeda
rusak semua indahnya
diambil kesuburannya
rakyat tak lagi sejahtera
kacau balau keaadaanya

negriku yang malang
kau tak lagi tenang
tangismu setiap malam

indah bintang tak lagi menghiburmu
semilir angin tak mampu menenangkanmu

dimana ketegaranmu wahai negriku
dimana wibawamu wahai negriku
kini kau cengeng
kau sangat cengeng
tak berani melawan
hingga mereka seenaknya menginjak harga dirimu
kini kau kehilangan jati dirimu yang dulu

dimana kau selipkan pedangmu
jangan kau sembunyikan
biarkan aku didepanmu
membelamu
tak rela aku..
bila anakku nanti malu
bahkan melupakkanmu
berikan pedangmu padaku
jadilah tegar seperti dulu
kejayaanmu bahagiaku
kelemahanmu penderitaanku
menyatulah denganku
untuk wujudkan dunia baru

oh negri...
kau masih membisu
tapi aku yakin akan rencanamu
aku menunggu tandamu

Selasa, 11 Mei 2010

Kegalauanku

kegalauanku meresahkan mimpiku
kegalauanku meretakkan dinding kesabaranku
kegalaukan membuka alam sadarku
kegalauanku memimpin pikiranku
kegalauanku di setiap doaku
kegalauanku dibawah kakiku
ku rindukan ketenanganku
kurindukan tidurku
nyeyakku slalu terusik
dimana mana kulihat pendritaan, penindasan, kekacauan
dimana mana kudengar tangisan ratapan jeritan




ku mulai terbangun dari mimpi
ku tatap tajam sang mentari yang setia menemani
tenggelamkan bulan dan malam hari
pandangan pun perlahan jelas kembali
membuka kesadaran diri
masih terngiang didalam mimpi
tentang keadaan suatu negri
terbayang mereka yang ditelanjangi
oleh kekuasaan tak berhati nurani
rezim tirani semakin menjadi jadi
ku hangatkan badan dengan segelas kopi pagi
mataku tertuju tajam koran tempo hari
dengan ulasaan sulit kumengerti
pembenaran tak lagi berarti
logika tak berlaku lagi
pemberontakan dan pengabdian
atau perjuangan dan penindasan
hampir tak ada batasan
sama sama memakan korban
air mataku terlinang
terbayang wajah mereka yang dirugikan

mereka yang di tinggal sodaranya
mati dengan karena tujuannya
atau mereka yang di tinggal keluarganya
mati karena korban
awan putih menghitam
saat bom meratakan bangunan
ibu pertiwi semakin menangis
meratapi ulah anak2 nya


tutuplah matamu dan renungkan
setiap kejadian itu hanyalah penderitaan
buka pikiranmu untuk temukan jawaban
tentang kesalahan yang seharusnya tak terulang



mulailah untuk menggandeng tangan
tanpa ada perbedaan sosial
untuk wujudkan dunia impian
tanpa peperangan dan kekacauan


seperti apakah manusia seharusnya untuk apakah mereka ada
haruskah untuk membunuh sesama atau menjadi penguasa
sadarkah mereka semua sama sebagai mahluk ciptaan tuhan
idealisme adalah untuk memperkaya
bukan di jadikan suatu bencana
agama, suku, adat budaya bukan suatu alasan
untuk di jadikan dasar perang dan pembangkangan
saat gereja menjadi sasaran pengeboman
dan mesjid adalah sasaran penghinaan
tempat umum menjadi target tujuan
dimanakah tempat yang aman
penjajahan pun telah berkembang tanpa pandang
hingga ke wujud moral dan pikiran
propaganda sial makin berkembang
merubah manusia menjadi liar
tanpa peduli belas kasihaN
sadarlah kawan dunia ini merindukan perdamaian

ini untuk kulit mereka yang terbakar
ini untuk darah mereka yang di ujung parang parang
untuk jantung mereka yang tertembus peluru
untuk kepala mereka yang tergantung di pelataran
perlukah jutaan nyawa melayang
untuk tujuan yang belum tentu benar

Kamis, 13 Mei 2010

kisah negriku

sebuah kisah lama
tentang negri yang indah
subur kekayaan alamnya
makmur sejahtera rakyatnya
aman sentosa dan bahagia

kini keadaan sungguh berbeda
rusak semua indahnya
diambil kesuburannya
rakyat tak lagi sejahtera
kacau balau keaadaanya

negriku yang malang
kau tak lagi tenang
tangismu setiap malam

indah bintang tak lagi menghiburmu
semilir angin tak mampu menenangkanmu

dimana ketegaranmu wahai negriku
dimana wibawamu wahai negriku
kini kau cengeng
kau sangat cengeng
tak berani melawan
hingga mereka seenaknya menginjak harga dirimu
kini kau kehilangan jati dirimu yang dulu

dimana kau selipkan pedangmu
jangan kau sembunyikan
biarkan aku didepanmu
membelamu
tak rela aku..
bila anakku nanti malu
bahkan melupakkanmu
berikan pedangmu padaku
jadilah tegar seperti dulu
kejayaanmu bahagiaku
kelemahanmu penderitaanku
menyatulah denganku
untuk wujudkan dunia baru

oh negri...
kau masih membisu
tapi aku yakin akan rencanamu
aku menunggu tandamu

Selasa, 11 Mei 2010

Kegalauanku

kegalauanku meresahkan mimpiku
kegalauanku meretakkan dinding kesabaranku
kegalaukan membuka alam sadarku
kegalauanku memimpin pikiranku
kegalauanku di setiap doaku
kegalauanku dibawah kakiku
ku rindukan ketenanganku
kurindukan tidurku
nyeyakku slalu terusik
dimana mana kulihat pendritaan, penindasan, kekacauan
dimana mana kudengar tangisan ratapan jeritan




ku mulai terbangun dari mimpi
ku tatap tajam sang mentari yang setia menemani
tenggelamkan bulan dan malam hari
pandangan pun perlahan jelas kembali
membuka kesadaran diri
masih terngiang didalam mimpi
tentang keadaan suatu negri
terbayang mereka yang ditelanjangi
oleh kekuasaan tak berhati nurani
rezim tirani semakin menjadi jadi
ku hangatkan badan dengan segelas kopi pagi
mataku tertuju tajam koran tempo hari
dengan ulasaan sulit kumengerti
pembenaran tak lagi berarti
logika tak berlaku lagi
pemberontakan dan pengabdian
atau perjuangan dan penindasan
hampir tak ada batasan
sama sama memakan korban
air mataku terlinang
terbayang wajah mereka yang dirugikan

mereka yang di tinggal sodaranya
mati dengan karena tujuannya
atau mereka yang di tinggal keluarganya
mati karena korban
awan putih menghitam
saat bom meratakan bangunan
ibu pertiwi semakin menangis
meratapi ulah anak2 nya


tutuplah matamu dan renungkan
setiap kejadian itu hanyalah penderitaan
buka pikiranmu untuk temukan jawaban
tentang kesalahan yang seharusnya tak terulang



mulailah untuk menggandeng tangan
tanpa ada perbedaan sosial
untuk wujudkan dunia impian
tanpa peperangan dan kekacauan


seperti apakah manusia seharusnya untuk apakah mereka ada
haruskah untuk membunuh sesama atau menjadi penguasa
sadarkah mereka semua sama sebagai mahluk ciptaan tuhan
idealisme adalah untuk memperkaya
bukan di jadikan suatu bencana
agama, suku, adat budaya bukan suatu alasan
untuk di jadikan dasar perang dan pembangkangan
saat gereja menjadi sasaran pengeboman
dan mesjid adalah sasaran penghinaan
tempat umum menjadi target tujuan
dimanakah tempat yang aman
penjajahan pun telah berkembang tanpa pandang
hingga ke wujud moral dan pikiran
propaganda sial makin berkembang
merubah manusia menjadi liar
tanpa peduli belas kasihaN
sadarlah kawan dunia ini merindukan perdamaian

ini untuk kulit mereka yang terbakar
ini untuk darah mereka yang di ujung parang parang
untuk jantung mereka yang tertembus peluru
untuk kepala mereka yang tergantung di pelataran
perlukah jutaan nyawa melayang
untuk tujuan yang belum tentu benar